![]() |
Ilustrasi |
“Kita sudah banyak belajar dari pengalaman selama ini, pelaku teror Pemilu ini mengaku warga keturunan Minahasa, walaupun berdomisili di luar daerah, kemudian mengatasnamakan LSM dan masyarakat yang tak jelas keberadaannya, dan digunakan untuk menyerang tokoh pimpinan daerah, seperti Gubernur, Walikota dan Bupati, serta jajarannya. Padahal aksi ini arahnya jelas-jelas untuk negosiasi finansial sang target,” kata Choy sapaan akrabnya.
Selanjutnya Pandeirot menghimbau agar seluruh masyarakat, terutama peserta dan pelaksana Pemilu untuk berhati-hati terhadap ulah oknum yang mengatasnamakan penegakkan hukum tindak korupsi, yang ternyata hanya melakukan tindakkan pemerasan. Waraney Puser In’Tana sudah menginventarisir oknum-oknum yang berpraktik pemerasan berkedok aksi unjuk rasa, dan mengatasnamakan LSM nasional dan justru tidak dikenal di Jakarta, dan hanya menimbulkan keresahan dimasyarakat serta menimbulkan kerugian di Sulut.
“Jangan segan-segan melaporkan ke pihak berwajib terhadap ulah provokator ini, dan kami Waraney Puser In’Tana diminta maupun tidak, siap membantu mencekal oknum-oknum tersebut untuk tidak beraktivitas negatif dan mengganggu ketentraman di Sulut. Jika ada dugaan korupsi, biarlah aparat penegak hukum Polisi dan Kejaksaan yang bekerja, bukan LSM yang tak jelas keberadaannya di Republik ini yang terkesan seolah-olah peduli Korupsi, namun ujungnya adalah negosiasi dengan meminta sejumlah dana,” beber Pandeirot.
Editor: Ferlyando Sandala