Gerindra. |
JAKARTA - Juru bicara Fraksi Partai Gerindra Farry Djeni Francis menilai angka pertumbuhan ekonomi yang selama ini dibanggakan pemerintah belum menyelesaikan inti permasalahan bangsa.
"Itu pertumbuhan semu," kata Farry saat membacakan pandangan fraksi terhadap RAPBN TA 2014 pada Kamis, (23/5/2013) di Gedung DPR, Jakarta.
Farry menilai pertumbuhan ekonomi baru bermakna ketika ada kaitan antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. "Seharusnya setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi menciptakan setidaknya 600 ribu lapangan kerja baru." Selain itu, penurunan angka kemiskinan harus juga selaras dengan pertumbuhan ekonomi. "Setiap 1 persen ekonomi tumbuh juga harus berakibat terhadap penurunan jumlah orang miskin sebanyak 600 ribu jiwa," ucap Farry.
Pertumbuhan ekonomi yang konkret, lanjut Farry, harus menyelesaikan masalah kemiskinan, pengangguran, dan pemerataan.
Kenyataannya, kata dia, di Indonesia justru yang terjadi tak seperti itu. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah nomor satu di ASEAN dan tertinggi ketiga diantara anggota G-20, pengangguran dan kemiskinan masih tinggi.
"Lihat saja upah buruh di Indonesia yang terendah di ASEAN, sedangkan harga kebutuhan pokoknya melejit," kata Farry.
Karena itu, Farry menilai bahwa slogan pertumbuhan ekonomi pemerintah, yakni pro-growth, pro-poor, dan pro-job hanyalah sekadar slogan semata. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,2 persen ini hanya dinikmati oleh kalangan tertentu saja," katanya.
Sumber: Tempo
Editor: Ferlyando
COMMENTS