Ilustrasi. |
Presiden Taiwan Ma Ying-jeoun telah mendesak pemerintah Filipina untuk meminta maaf atas insiden penembakan yang terjadi pada Kamis, 9 Mei tersebut. Menurut pemerintah Taiwan, insiden itu menewaskan seorang nelayan berumur 65 tahun dan membuat kapal nelayan itu rusak berat.
Namun juru bicara penjaga pantai Filipina, Armand Balilo bersikeras, insiden itu terjadi di perairan Filipina dan para personel penjaga pantai Filipina telah melaksanakan tugas mereka dengan benar, guna menghentikan aktivitas penangkapan ikan ilegal.
"Jika ada yang meninggal, mereka pantas mendapatkan simpati kami tapi bukan permohonan maaf," cetus Balilo kepada para wartawan di Manila, Filipina seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (10/5).
Dikatakan Balilo, insiden itu terjadi persis di sebelah utara pulau Luzon di kanal Balintang, yang merupakan bagian dari wilayah Filipina dan tidak diklaim oleh negara lain ataupun Taiwan.
"Ini bagian dari perairan Filipina," imbuhnya.
Namun pemerintah Taiwan bersikeras bahwa kesalahan ada di pihak Filipina. "Kami mendesak Filipina menyelidiki dan mengklarifikasi kebenaran, meminta maaf dan menangkap pembunuh dan memberi ganti rugi," ujar Presiden Ma kepada para wartawan di Taipei, Taiwan.
Insiden ini ramai diberitakan oleh media Taiwan yang mengecam keras otoritas Filipina. Media Taiwan juga memuat pernyataan kapten kapal yang bersikeras bahwa kapalnya tidak melintas masuk ke wilayah perairan Filipina.
"Kapal barbar Filipina menembaki kapal nelayan kami, seorang nelayan musiman tewas ditembak," demikian bunyi headline halaman depan berita surat lokal, China Times.
Editor: Ferlyando