FOKUSMANADO.com - Sebulan terakhir, media Barat ramai membicarakan arus ribuan imigran dari wilayah konflik Timur Tengah yang membanjiri negara-negara Uni Eropa. Tujuan utama para pengungsi itu adalah Jerman dan Prancis. Jerman menyatakan bersedia menampung 800 ribu pengungsi dari wilayah yang diduduki militan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
Mata dunia baru tertuju sepenuhnya pada isu imigran ini, setelah tragedi terungkap di Turki dua hari lalu. Polisi Air berpatroli di Semenanjung Bodrum menemukan jasad bocah berpakaian lengkap terapung di pasir pantai. Kondisi mayat sangat menyedihkan. Foto-foto bocah nahas yang tak lagi bernyawa itu tersebar di dunia maya, mengundang keprihatinan netizen sejagat, seperti dilaporkan the Guardian.
Tim SAR belakangan menyebut identitas salah satu bocah itu yang fotonya paling banyak disebar. Namanya Aylan Kurdi, bocah tiga tahun yang diajak ibunya kabur dari Kota Kobane, Suriah, menuju ke Eropa melewati Selat Mediterania di selatan Yunani. Tujuan akhir rombongan keluarga Aylan adalah Kanada, agak berbeda dari imigran lainnya.
Aylan bersama ibunya Rehan dan kakaknya Galib yang lebih tua dua tahun, tewas. Mereka nekat menaiki kapal kecil yang seharusnya maksimal ditumpangi tujuh orang. Pada saat insiden nahas itu terjadi pada Rabu (2/9) dini hari, dilaporkan ada 15 orang berdesakan di kapal.
Gambar Aylan jadi topik terpopuler di seluruh dunia 48 jam terakhir. Pengguna Twitter ramai-ramai mengecam negara maju yang menghambat arus imigran. Di Eropa, yang paling banyak dicaci kini adalah Inggris karena menerapkan pembatasan imigran di perbatasan selat dengan Prancis.
Jengah disudutkan, politikus maupun warga Inggris yang mendukung pembatasan balik menyerang. Mereka mempertanyakan alasan para pengungsi itu tak lari ke Negara Teluk saja, misalnya Arab Saudi, Uni Emirat Arab, atau Qatar. Padahal mayoritas warga negara-negara kaya minyak itu juga beragama Islam, sehingga proses adaptasi para pengungsi seharusnya lebih cepat.
BBC dalam laporannya Kamis (3/9) berusaha menjawab pertanyaan itu. Didapatkan kesimpulan bahwa mayoritas para pengungsi memilih ke Eropa, karena proses mengurus visa di Negara-Negara Teluk justru sangat rumit. Warga Suriah atau Irak sebetulnya.
COMMENTS