![]() |
Ilustrasi Petani/ist |
Manado - Tepat tanggal 24 September Hari Tani Nasional, namun kesejahteraan petani di Sulawesi Utara (Sulut) terkhusus Minahasa Selatan (Minsel) masih jauh dari harapan.
Hal itu terkuak, saat Anggota DPRD Sulut Dapil Minsel-Mitra, Juddy Moniaga melakukan reses di Desa Makaaruyen dan Pinangsungkulan, Kecamatan Mondoinding.
Warga dari dua desa yang dipenuhi dengan profesi sebagai petani, mengeluhkan kepada Moniaga terkait kelangkaan pupuk buat ladang yang mereka garap.
"Banyak masyarakat berprofesi petani disana. Mereka mengeluhkan tentang kelangkaan pupuk, dan mereka mempertanyakan kepada Pemerintah lewat anggota dewan," ujar Moniaga senin (25/09/17).
Akibat kelangkaan itu, pupuk tipe SP36 yang sering digunakan petani di Mondoinding, mereka (petani-red) harus mencari dari daerah lain dengan harga 3 kali lipat dari biasanya.
"Untuk itu dengan adanya kelompok tani, petani berharap bisa mendapatkan bantuan pupuk dan bibit dari Pemerintah lewat kelompok tersebut," tambah Moniaga, diruang kerjanya.
Tak hanya itu saja, hasil Reses Moniaga seakan memutar balik harapan petani di hari Tani Nasional. Pasalnya, harga komoditi mereka sering ditekan oleh para tengkulap.
Karena dalam reses tahap II yang dilakukan Moniaga petani berharap ada harga yang ditetapkan pemerintah agar harga hasil panen mereka tidak dimainkan para pengumpul.
"Mereka berharap pemerintah dapat mengatur harga jual, harga dasar maksudnya harga eceran tertinggi karena kejadian di lapangan pedagang-pedagang pengumpul selalu memainkan harga," jelas Legislator Sulut.
Selain itu, petani di Mondoinding juga berharap Pemerintah Daerah (Pemda) dapat mengontrol harga pasar agar tidak dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang menguntungkan pribadi saja.
"Ada oknum-oknum mafia disana, makanya mereka seringkali menekan harga pada petani. Untuk itu mereka berharap agar pemerintah dapat mengontrol itu," tegasnya. (Arman)
COMMENTS