Sulut Pilot Project Kerukunan Antar Umat Beragama

FOKUSMANADO.COM/Gubernur Sulawesi Utara Dr. Sinyo Harry Sarundajang saat buka Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri se Indonesia  

FOKUSMANADO.COM, PEMPROV - Eksistensi Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) sebagai Provinsi yang selama ini dikenal dengan kerukunan antar umat beragama, kembali diapresiasi oleh kalangan perguruan tinggi agama islam Negeri se Indonesia.

Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Islam Negeri se Indonesia yang terdiri dari 6 Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) masing-masing Universitas Islam Negeri Jakarta, Universitas Islam Negeri Jogjakarta, Universitas Islam Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Makasar, Universitas Islam Negeri Riau, Universitas Islam Negeri Bandung dan 16 Pimpinan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan 31 Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) se Indonesia memilih untuk melakukan Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) se Indonesia di Sulawesi Utara.

Forum yang tahun ini memfokuskan pada Evaluasi Ssitem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) PTAIN akan berlangsung selama dua hari (tanggal 12 dan 13 November 2012) di Grand Kawanua Convention Centre Hotel Novotel Manado.

Gubernur Sulawesi Utara Dr. Sinyo Harry Sarundajang mendapat kehormatan untuk membuka kegiatan ini, melalui acara Silaturahmi dan Makan Malam bersama Pemprov Sulut dengan Para Pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri se Indonesia yang berlangsung, Minggu (11/11/12) malam, di Gubernuran Bumi Beringin Manado.

Dalam laporan dan sambutannya, Ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri se Indonesia Prof. Dr. Imam Suprayogo yang juga adalah Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang beberapa waktu yang lalu menganugerahkan Gelar Doktor Honoris Causa kepada Dr. Sinyo Harry Sarundajang mengatakan, pilihan forum ini untuk melakukan pertemuan di Manado Sulut adalah pilihan yang harus dilakukan karena Sulut saat ini menjadi ikon kerukunan antar umat beragama di Indonesia dan bahkan ke depan dapat dijadikan Pilot Project Kerukunan Umat Beragama di Indonesia.

Selain itu dengan kepemimpinan Dr. Sinyo Harry Sarundajang yang selama ini telah berhasil memimpin Daerah yang dikenal Plural ini juga menjadi alasan dipilihnya Sulut selaku tuan rumah. Forum ini juga akan merekomendasikan dukungan untuk percepatan Peningkatan Status Institusional Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) dan Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado untuk menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan Isntitut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado yang nantinya akan menjadi IAKN Pertama di Indonesia.

Selanjutnya juga forum ini akan terus mendorong kedua institusi perguruan tinggi agama tersebut untuk menjadi Universitas Islam Negeri dan Universitas Kristen Negeri yang juga merupakan yang pertama di Indonesia. Rektor UNI Malang menambahkan bahwa upaya ini merupakan wujud Kerjasama dan Saling Menghargai yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Seperti juga UIN Maulana Malik Ibrahim yang menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa kepada Dr. Sinyo Harry Sarundajang dalam bidang Kepemimpinan Masyarakat Majemuk padahal Gubernur Sarundajang adalah penganut Kristen Protestan.

Dalam sambutan Gubernur Dr. Sinyo Harry Sarundajang mengatakan, selama ini Kerukunan Antar Umat Beragama di Sulut tetap terjaga karena masyarakat Sulut menyadari dan dapat menerima Kemajemukan tersebut sebagai Given atau Pemberian dari Tuhan yang harus dijaga, dipelihara dan dikembangkan.

Namun demikian Gubernur mengingatkan, Ancaman Konflik bahkan Disintgrasi bangsa adalah hal yang harus selalu diwaspadai. Tidak ada jalan lain bagi bangsa ini selain tetap memegang teguh empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

“Untuk dapat mempertahankan keutuhan bangsa ini ke depan menurut Gubernur sangat diperlukan Pemimpin yang mampu memimpin Masyarakat Majemuk. Gubernur juga mengingatkan bahwa ada hal yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia terutama dalam kaitan dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter, moral dan etik yang juga menjadi konten dari pendidikan agama yang selama ini diajarkan.

Lanjutnya, pelajaran agama di seluruh jenjang pendidikan sampai pada pendidikan tinggi harus bisa membentuk kepribadian yang mampu memahami bahwa masing-masing agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan saling menghargai satu dengan yang lain.

“Dengan demikian paham-paham radikalisme sempit dapat sejak dini dicegah dan semua insan Indonesia menyadari bahwa Kemajemukan adalah hal yang harus diterima,”tandasnya.(Alex)