![]() |
Ist/ilustrasi |
Contohnya saja yang terjadi barusan ini oleh salah satu pemain Tim Nasional Indonesia yaitu Diego Michiels, yang diduga melakukan penganiayaan agi salah satu warga yang tidak bersalah, itu karena mabuk keras, dan itu pelanggaran yang fatal bagi seorang pemain Sepak Bola.
Sayangnya, Diego yang ditengarai melanggar jam malam hyan dihukum ringan, dengan membayar denda uang saku harian sebesar Rp. 500 ribu. bahkan kekasih Nikita Willy itu dilindungi oleh PSSI dari jeratan hukum.
Dari masalah disiplin yang dilakukan Diego, mengapa masih di panggil ke Timnas?
Menarik bila menyimak pernyataan pemain senior Timnas Indonesia, Bambang Pamungkas terkait disiplin tim beberapa tahun silam. Menurut pengalamannya, masa pelatihan Ivan Kolev di tim dimusim Piala Asia 2007 lalu, itu yang paling ketat.
Kolev bersama asisten pelatihnya Syamsuddin Umar, rajin mengontrol tiap kamar para pemain pada malam hari. Pengawasan disiplinnya sangat ketat,"ungkap Bambang ketika itu.
Kuncinya memang hanya pengawasan. Setiap orang, termasuk pemain sepak bola, selalu punya kecenderungan melanggar aturan. Jadi ketika ada kasus pelanggaran disiplin, cara kerja manajemen staf tim patut dipertanyakan.
Jika mau, Indonesia bisa belajar pada Meksiko. Hanya hitungan hari sebelum berlaga di Piala Amerika (Copa America) 2011, manajemen tim nasional Meksiko berani mencoret delapan pemain yang diduga memasukkan sejumlah wanita ke kamar tempat mereka menginap.
Ketegasan sikap seperti Meksiko itulah yang nyaris tak pernah dilakukan oleh Indonesia. Mungkin karena budaya permisif, sejumlah pembangkangan hanya mendapat sanksi ringan - bahkan pemakluman. Padahal lemahnya pengawasan dan sanksi justru hanya akan melahirkan preseden buruk. Apalagi bila dilengkapi dengan jeleknya manajemen waktu yang diterapkan kepada tim.
Di masa depan, bukan tidak mungkin muncul Diego-Diego yang lain.(Red)