MYANMAR - Kekerasan agama kembali terjadi di Myanmar, 30 April 2013. Warga dilaporkan telah menyerang beberapa rumah dan masjid di Oakkan, 100 kilometer utara Yangon, Myanmar.
Mengutip juru bicara kepresidenan, Ye Htut, dalam satu pernyataan di akun Facebook-nya, kerusuhan meletus setelah seorang wanita menabrak seorang biksu dan menjatuhkan mangkuk sedekah ke tanah.
Kemudian dilaporkan, polisi harus melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan massa. "Ada beberapa serangan ke masjid dengan cara melemparkan batu. Tidak ada korban," kata seorang pejabat polisi kepada kantor berita AFP.
Namun data terbaru hari ini, seorang tewas dan sembilan terluka. Polisi mengatakan telah menangkap 18 orang dalam kerusuhan yang merusak masjid, ruko dan membakar 77 rumah.
"Sekitar 200 sampai 300 orang tiba di desa kami menggunakan sepeda motor dan menghancurkan masjid. Semua penduduk desa lari, Kami takut dan tidak melawan," kata Soe Myint, seorang warga kepada AFP.
Keluarga yang ketakutan bersembunyi di hutan dan berjongkok di sawah melihat rumah mereka dibakar.
Paling teraniaya
Pada Maret, kekerasan agama juga terjadi di pusat kota Meiktila. Permukiman muslim dihancurkan, lebih dari 40 orang tewas dan sekitar 12.000 orang diperkirakan telah meninggalkan rumah mereka.
Tahun lalu, bentrokan mematikan sudah terjadi antara warga Rakhine dengan muslim Rohingya. Sebanyak 190 orang tewas dan 100.000 orang yang sebagian besar muslim terpaksa mengungsi.
Peristiwa panjang ini menjadi tantangan bagi Presiden Myanmar Thein Sein, yang sebelumnya telah memperingatkan bahwa pemerintah akan menggunakan kekuatan untuk menghentikan oportunis politik dan ekstremis agama yang mengobarkan kebencian antarumat beragama di Myanmar.
Pada Senin, sebuah komisi resmi menyampaikan laporan menyangkut bentrokan Rakhine. Jumlah pasukan keamanan diminta digandakan dan mengatakan bahwa pemisahan muslim Rohingya dengan dan Buddha harus dilakukan, walaupun diakui bahwa itu bukan solusi jangka panjang.
Pemerintah Myanmar tidak mengakui Rohingya sebagai warga negara, mereka dianggap pendatang baru. PBB mengatakan Rohingya adalah salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia.
Editor: Ferlyando Sandala