AMURANG – Selang tiga bulan ini para petani di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) sulit mendapatkan pupuk Urea. Mereka pun saat ini galau dan gunda-gulana akibat kelangkaan pupuk. Hal ini bisa berimbas buruk pada hasil pertanian seperti tanaman holtikultura dan padi sawah untuk menunjang perekonomian serta target swasembada beras.
Terkait akan kelangkaan pupuk urea ini, petani asal Tompaso Baru Terfi Saroinsong mengatakan, bahwa kelangkaan pupuk ini membuat petani sawah setempat kesulitan dan bisa berimbas pada hasil panen nantinya.
"Ketersediaan pupuk Urea sangat sulit dicari, yang biasanya mereka membeli 50 kilogram dengan harga Rp 90 ribu," ujarnya.
Senada dikatakan Maikel Kapaan petani dari Kecamatan Motoling yang menyebut kelangkaan pupuk menjadi kerugian tersendiri bagi para petani.
Lanjut kata dia, sudah mencari ke tempat penjualan pupuk di wilayah yang lain, namun ketersediaan pupuk Urea sulit ditemukan. Mereka berharap pemerintah bisa mengerti dengan kondisi kami saat ini. Ketersediaan pupuk sangat penting bagi mereka untuk menopang hasil pertanian yang menjadi sumber penghasilan keluarga.
Sementara pemerhati pertanian Minsel Johnes Kaseger menuturkan, kelangkaan pupuk memang terjadi hampir di seluruh kecamatan di Minsel. Instansi terkait harus menyikapi kondisi tersebut agar tidak memperburuk keadaan para petani yang saat ini sedang menghadapi dampak musim kemarau.
Apalagi misi daerah untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menargetkan swasembada beras. Terpisah Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Minsel Ronald Paat menjelaskan, kelangkaan pupuk terjadi karena ketersediaan pupuk bersubsidi Urea tidak dijual di setiap kios yang ada di 17 kecamatan.
Pihaknya telah mengecek dilapangan, dan mendapati jawaban jika pemilik kios belum melakukan permintaan ke distributor pupuk tersebut karena berbagai kendala seperti anggaran atau lainnya. Terkait hal tersebut pihaknya akan mencari solusi agar penyaluran pupuk Urea di Kabupaten Minsel bisa normal kembali.
Terkait akan kelangkaan pupuk urea ini, petani asal Tompaso Baru Terfi Saroinsong mengatakan, bahwa kelangkaan pupuk ini membuat petani sawah setempat kesulitan dan bisa berimbas pada hasil panen nantinya.
"Ketersediaan pupuk Urea sangat sulit dicari, yang biasanya mereka membeli 50 kilogram dengan harga Rp 90 ribu," ujarnya.
Senada dikatakan Maikel Kapaan petani dari Kecamatan Motoling yang menyebut kelangkaan pupuk menjadi kerugian tersendiri bagi para petani.
Lanjut kata dia, sudah mencari ke tempat penjualan pupuk di wilayah yang lain, namun ketersediaan pupuk Urea sulit ditemukan. Mereka berharap pemerintah bisa mengerti dengan kondisi kami saat ini. Ketersediaan pupuk sangat penting bagi mereka untuk menopang hasil pertanian yang menjadi sumber penghasilan keluarga.
Sementara pemerhati pertanian Minsel Johnes Kaseger menuturkan, kelangkaan pupuk memang terjadi hampir di seluruh kecamatan di Minsel. Instansi terkait harus menyikapi kondisi tersebut agar tidak memperburuk keadaan para petani yang saat ini sedang menghadapi dampak musim kemarau.
Apalagi misi daerah untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menargetkan swasembada beras. Terpisah Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Minsel Ronald Paat menjelaskan, kelangkaan pupuk terjadi karena ketersediaan pupuk bersubsidi Urea tidak dijual di setiap kios yang ada di 17 kecamatan.
Pihaknya telah mengecek dilapangan, dan mendapati jawaban jika pemilik kios belum melakukan permintaan ke distributor pupuk tersebut karena berbagai kendala seperti anggaran atau lainnya. Terkait hal tersebut pihaknya akan mencari solusi agar penyaluran pupuk Urea di Kabupaten Minsel bisa normal kembali.
COMMENTS