MASALAH penerapan One Way Traffic (OWT) yang diberlakukan di Jalan Pierre Tendean, Jalan Sam Ratulangi, Jalan Sudirman, Jalan Walanda Maramis dan Jalan Ahmad Yani masih terus berlanjut, setelah beberapa kali melakukan aksi demo, kali ini para sopir dari berbagai basis trayek di Manado mendatangi kantor DPRD Sulut guna mencari solusi terhadap permasalahan tersebut.
Dalam dengar pendapat Aliansi Masyarakat Supir Manado dengan Komisi I dan III DPRD Sulut, anggota Komisi I DPRD Sulut, Denny Sumolang mengatakan bahwa terdapat hidden effects (efek terselubung) yang terjadi sehingga menimbulkan kemacetan.
Menurut Sumolang, hidden effects tersebut yakni lorong-lorong di sepanjang jalan Pierre Tendean yang bisa di jadikan jalur by pass namun seringkali ditutup pakai bambu tanpa ada alasan yang pasti.
“Ini persoalan, supaya ini juga perlu ada penguraian, instansi terkait sangat punya kewenangan, karena undang-undang menulis Negara bertanggung jawab untuk kesejahteraan warga negaranya,” ujar Sumolang.
Selain lorong, portal masuk parkiran yang ada di kawasan megamas juga menjadi salah satu hidden effects penyebab kemacetan, untuk itu Sumolang memberikan usulan agar portal tersebut dibongkar sebagai salah satu solusi untuk jalur by pass menghindari kemacetan.
“Bongkar portal Megamas, akses masuk ke dalam gratis, orang banyak menghindar karena akses masuk masih berbayar,” lanjut Sumolang
Ini menurut Sumolang bisa dikatakan bahwa hak warga negara di daerah reklamasi itu harus dipertanggung jawabkan, ini developer semua, pengelola, pengembang dapat uang berapa banyak dari akses itu larinya kemana kita tidak tahu.
“Kalau perlu portal dibongkar, kemudian didesain yang bisa masuk kawasan megamas kendaraan pribadi, sedangkan kendaraan mikrolet biar ada di jalan Pierre Tendean supaya mereka bisa akses penumpang lebih leluasa,” pungkas Sumolang yang disambut aplaus ratusan sopir angkot yang memadati ruang rapat 1 DPRD Sulut, Kamis (17/3/2016).
Selain itu juga, Sumolang mengusulkan display iklan dapat diganti dengan jembatan penyeberangan supaya akses masyarakat tidak berpotensi celaka dan tidak mengganggu arus lalulintas. (Red)
Dalam dengar pendapat Aliansi Masyarakat Supir Manado dengan Komisi I dan III DPRD Sulut, anggota Komisi I DPRD Sulut, Denny Sumolang mengatakan bahwa terdapat hidden effects (efek terselubung) yang terjadi sehingga menimbulkan kemacetan.
Menurut Sumolang, hidden effects tersebut yakni lorong-lorong di sepanjang jalan Pierre Tendean yang bisa di jadikan jalur by pass namun seringkali ditutup pakai bambu tanpa ada alasan yang pasti.
“Ini persoalan, supaya ini juga perlu ada penguraian, instansi terkait sangat punya kewenangan, karena undang-undang menulis Negara bertanggung jawab untuk kesejahteraan warga negaranya,” ujar Sumolang.
Selain lorong, portal masuk parkiran yang ada di kawasan megamas juga menjadi salah satu hidden effects penyebab kemacetan, untuk itu Sumolang memberikan usulan agar portal tersebut dibongkar sebagai salah satu solusi untuk jalur by pass menghindari kemacetan.
“Bongkar portal Megamas, akses masuk ke dalam gratis, orang banyak menghindar karena akses masuk masih berbayar,” lanjut Sumolang
Ini menurut Sumolang bisa dikatakan bahwa hak warga negara di daerah reklamasi itu harus dipertanggung jawabkan, ini developer semua, pengelola, pengembang dapat uang berapa banyak dari akses itu larinya kemana kita tidak tahu.
“Kalau perlu portal dibongkar, kemudian didesain yang bisa masuk kawasan megamas kendaraan pribadi, sedangkan kendaraan mikrolet biar ada di jalan Pierre Tendean supaya mereka bisa akses penumpang lebih leluasa,” pungkas Sumolang yang disambut aplaus ratusan sopir angkot yang memadati ruang rapat 1 DPRD Sulut, Kamis (17/3/2016).
Selain itu juga, Sumolang mengusulkan display iklan dapat diganti dengan jembatan penyeberangan supaya akses masyarakat tidak berpotensi celaka dan tidak mengganggu arus lalulintas. (Red)
COMMENTS